Sejarah Desa
SEJARAH WILAYAH DESA WADUNG
Dahulu “Desa Wadung” adalah daerah yang masih berupa hutan belantara dan terkenal angker, daerah tersebut terletak di atas tanah yang masuk dataran tinggi karena masihberada di kaki bukit “KATU” atau sering disebut dengan gunung KATU.
Daerah tersebut dinamakan “Wadung” karena pada waktu itu daerah tersebut banyak ditumbuhi pohon “Wadung” sehingga dinamakan Desa Wadung, dimana pada saat itu sudah tidak lagi ditemukan bagaimana bentuk dan buahnya, namun dikatakan olehs esepuh desa bahwa buah katu itu rasanya sangat pahit, sehingga tidak bisa dikonsumsi oleh manusia.
Karakter Masyarakat Desa Wadung termasuk tergolong Masyarakat yang berkehidupan keras namun memiliki prinsip dan konsep religi yang sangat kuat dan fanatic dengan kehidupan muslim, terbukti sampai saat ini Masyarakat Desa Wadung 100% berkeyakinan muslim/beragama Islam.
Adapun yang bedah “kerawangan” daerah tersebut diceritakan bahwa pada suatu ketika ada sebuah pohon beringin yang sangat besar dan karena sangat besarnya diprediksi telah berumur ratusan tahun tumbuh ditenggah-tenggah tanah makam umum Desa Wadung yang merupakan cikal bakal makam umum muslim pada saat ini, tiba-tiba tidak ada hujan tidak ada angin pohon beringin tersebut terbelah menjadi dua bagian dan ditenggahnya muncul dua batu nisan yang berupa dua bongkah batu seukuran batu nisan pada umumnya tersusun persis posisi dan ciri-cirinya adalah sebuah makam.
Dengan munculnya makam tersebut para sesepuh desa mengadakan musyawarah dan mencari tahu kiranya makam siapa yang muncul tersebut, akhirnya mereka sepakat untuk meminta pertolongan pada sesepuh yang dianggap mampu dalam ilmu ghoib atau ilmu kebatinan.
Akhirnya pada suatu Ketika dilaksanakanlah malam tirakatan untuk memohon pada Tuhan Yang Maha Kuasa agar diberikan petunjuk kira-kira makam siapa gerangan, sehari, dua hari, dan sampailan pada hari ke empat puluh sesepuh desa tersebut telah mendapatkan petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan segala Rahasia-Nya bahwa makam tersebut adalah makam orang yang pertama kali bedah kerawang di wilayah tersebut dengan nama “SARIDHO” atau lebih dikenal dengan nama “Mbah SARIDHO” dan diceritakan sampai dengan saat ini apabila akan terjadi sesuatu di wilayah Desa Wadung maka akan muncul sosok harimau putih yang konon merupakan bayangan dari Mbah SARIDHO.
Nama Mbah SARIDHO ditemukan setelah muncul generasi kedua di wilayah Desa Wadung yang pada waktu itu Indonesia belum Merdeka berkisar tahun 1825 s/d 1830, setelah masa akhir kekalahan Pangeran DIPONEGORO yaitu Mbah H. MOCHAMMAD SHOLEH dan Mbah H. ABDUL SYUKUR beliau berdua adalah bekas tentara atau santri dari Pangeran DIPONEGORO yang mendapat amanat dari Kanjeng Pangeran DIPONEGORO bahwa apabila beliau ditangkap atau terbunuh maka seluruh santrinya diminta untuk terus berjuang sambal menyebarkan Ajaran Agama Islam diseluruh wilayah Nusantara.